Metode Survei Cepat (Rapid Survey Method)

Metode Survei Cepat (Rapid Survey Method) saat ini memainkan peran yang sangat besar pada Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Epidemiologi.

Penelitian survei merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Dalam perjalanannya, survei biasa digunakan untuk mengevaluasi berbagai program kesehatan (Depkes, 1998) maupun menginvestigasi berbagai status kesehatan dan penyakit yang aktual di masyarakat (Frerichs & Shaheen, 2001).

Penelitian survei merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga tidak memerlukan pelatihan secara khusus (Stone, 1993). Selain murah dan cepat, keunggulan lainnya adalah penelitian survei dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai berbagai hal, misalnya: insidensi penyakit, identifikasi faktor-faktor etiologi penyakit, investigasi kualitas hidup manusia dan perilaku masyarakat (Eaden, Mayberry & Mayberry, 1999). Agar dapat memberikan data yang lebih akurat, pengembangan kuesioner perlu memperhatikan faktor validitas dan reliabilitas (Andrews, 1984; Agreus et al., 1993). World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu teknik survei yang cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi dan program kesehatan lainnya. Teknik survei ini dikenal sebagai metode survei cepat (Rapid Survey Method). 

Gagasan metode survei cepat pertama kali muncul pada tahun 1965. Metode ini digunakan untuk membantu dinas kesehatan daerah mempelajari status imunisasi balita di wilayahnya (Serfling & Sherman, 1965). Tujuh tahun kemudian, metode Serfling dan Sherman dimodifikasi oleh Henderson dan koleganya untuk menyediakan informasi berbasis komunitas bagi pelaksanaan program eradikasi cacar di Afrika Barat (Henderson et al., 1973). Selanjutnya program pengembangan imunisasi (Expanded Program of Immunization/EPI) WHO menggunakan dan mengembangkan metode survei cepat lebih lanjut. Hasil pengembangannya adalah metode survei cepat dengan rancangan sampel klaster dua tahap (two-stage cluster survey). 

Tahap pertama dilakukan pemilihan 30 klaster secara probability proportionate to size (PPS) atau menggunakan teknik probabilitas yang proporsional terhadap besar klaster. Tahap kedua dilakukan pemilihan sampel 7 anak dari setiap klaster sehingga dapat ditentukan besar sampel sejumlah 210 anak. Anak pertama dari tujuh anak tersebut dipilih secara acak sederhana (simple random) dan selanjutnya enam anak lainnya dipilih dari rumah terdekat. Survei sederhana ini selanjutnya dikenal sebagai survei "30 x 7" (Depkes, 1998). 

Pada tahun 1985, Lemeshow dan Robinson ditugaskan WHO untuk menyusun tinjauan statistik metode survei EPI 30x7. Tulisan tersebut merupakan artikel yang dipublikasikan pertama kali oleh ahli statistik yang memberikan jastifikasi pada metodologi survei cepat (Lemeshow & Robinson, 1985). UC Berkeley dan University of Hawaii melalui konsorsium bersama UCLA bekerja sama dalam proyek pengembangan pelayanan kesehatan primer di Burma (sekarang Myanmar). Pada saat itu Frerichs berpendapat bahwa penyelesaian laporan mengenai masalah kesehatan masyarakat masih terlalu lama, sehingga Frerichs mengembangkan survei cepat dengan memanfaatkan mikro komputer dan kemungkinan aplikasi metode survei ini pada masalah kesehatan lainnya (Frerichs, 1989; Frerichs RR, & Tar Tar, 1989). Aplikasi komputer tersebut dapat mempercepat penyelesaian laporan survei kurang dari satu bulan. 

Ariawan dan Frerichs pada tahun 1994 selanjutnya mengembangkan perangkat lunak CSURVEI yang dapat digunakan untuk merancang sampel pada survei cepat (Ariawan & Frerichs, 1994). Center for Disease Control (1994) juga telah menambahkan modul CSAMPLE pada program EPI-Info untuk keperluan analisis data survei cepat. Semua pengembangan metode survei cepat tersebut semakin mempermudah pelaksanaan survei cepat dan meningkatkan akurasi hasilnya (Dean et al., 1994). Pengembangan kompatibelitas program EPI dan metode survei cepat terhadap permasalahan kesehatan secara umum dilakukan secara terus menerus, terutama tinjauan dari sudut statistiknya. Bennett dkk. (1991), mempublikasikan artikel mengenai survei klaster dua tahap sebagai pengembangan dari publikasi Frerichs (1989) yang menguraikan estimasi rasio sebagai landasan statistik metode survei cepat. 

Pada tahun-tahun awal pengembangannya, metode survei cepat difokuskan di negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan infrastruktur informasi kesehatan masyarakat. Frerichs dan Shaheen pada tahun 1991, selanjutnya telah mempublikasikan implementasi metode survei cepat di Amerika Serikat. Frerichs dan Shaheen melakukan tiga revisi, yaitu: 
  1. mengaplikasikan metode survei cepat kepada sukarelawan dan enumerator yang bekerjasama dalam melakukan sensus di masyarakat; 
  2. tujuh responden pada tahap kedua dipilih secara acak, hal ini agak berbeda dengan metode EPI dimana prosedur acak hanya dilakukan pada responden pertama sedangkan enam responden lainnya dipilih dari rumah-rumah di sekitarnya; dan 
  3. metode sampling memiliki estimasi varians yang lebih kecil dibanding metode EPI, hal tersebut ditunjukkan dari estimasi interval kepercayaan yang lebih sempit.

Sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population based information), metode survei cepat memiliki beberapa ciri khas, yaitu: 
  1. Dipergunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat.
  2. Pengambilan sampel secara klaster dua tahap, dimana untuk tiap wilayah diambil sebanyak 30 klaster dan pada masing-masing klaster diambil sebanyak 7 dan dengan 10 responden.
  3. Jumlah pertanyaan hanya dibatasi 20 sampai dengan 30 item pertanyaan saja.
  4. Rancangan sampel, pemasukan, pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer (program CSURVEY dan CSAMPLE yang menggunakan asumsi klaster dua tahap).
  5. Waktu pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan hanya berkisar 2-3 minggu saja.
  6. Hasil survei disajikan dengan menggunakan teknik statistik yang sederhana dengan tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku.

Download aplikasi program CSURVEY : KLIK DISINI

sumber:http://bondanriset.blogspot.com/2006/10/memperkenalkan-metode-survei-cepat.html

Comments